Seekor
tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani
dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi
dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari
kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan,
“Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati ada perangkap tikus
di dalam rumah!”
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki
tanah, mengangkat kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus.
Aku tahu memang ini masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara
pribadi tidak ada masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala lah.”
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, “Ada perangkap
tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”
...
‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh
simpati. “Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali
berdo’a. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil ketawa, berteleran air liur.
Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa
begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus
itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.
Malam tiba,
dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap
tikus yang berjaya menagkap mangsa. Istri petani berlari melihat apa
saja yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat
bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat
mematok tangan istri petani itu. Petani iktu bergegas membawanya ke
rumah sakit.
Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil,
demam. Dan sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat
pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itupun
mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, ,mencari ayam untuk bahan
supnya.
Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung
sembuh. Banyak tetangga yang datang membesuk dan tamupun tumpah ruah ke
rumahnya. Iapun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa kambing di
kandang itu dijadikan gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak dapat
taklukan. Si istri meninggal, dan orang orang datang untuk mengurus
pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang itupun
dijadikan makananuntuk puluhan rakyat dan peserta selamatannya.
=>Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah
dan kamu pikir itu masalah itu tidak ada kaitannya dengan kamu, ingatlah
bahwa apabila ada “perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang
pertanian” ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri
lebih banyak keburukan daripada kebaikanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar